Pelaut Makassar pada abad ke-18 dianggap sebagai penyelamat bagi bangsa Aborigin. Tepatnya pada tahun 1907, pemerintah kolonial yang berkuasa di Australia menutup seluruh jalur perdagangan dengan dunia luar. Satu-satunya yang masuk ke daerah itu hanyalah pelaut dari Makassar. Mereka kemudian diajari bagaimana menangkap teripang dan memperjual belikannya.
Cerita itu tertuan dalam lukisan kulit kayu karya Dhuwarrwarr Marika yang kemudian diberikan kepada Andre Omer Siregar, Konsulat Indonesia di Darwin, Northern Territory, Australia. Total ada tiga lukisan yang diberikan Dhuwarrwarr kepada Andre saat mengunjunginya awal Mei 2016 di Yirrkala.
Dhuwarrwarr Marika tidak punya catatan pasti soal sejarah bangsanya di masa lalu. Namun ia dan seluruh koloninya sangat ingat, mereka pernah bertemu dan diselamatkan oleh pelaut Makassar. Cerita itu turun temurun melalui lagu dan cerita rakyat. Bagi bangsa Aborigin, lagu adalah semacam pengingat yang tak pernah lekang.
Hal ini terbukti dari sebagian besar lagu yang mereka nyanyikan adalah soal sejarah dan perjalanan nenek moyangnya. Beberapa lagu yang mereka sering nyanyikan pun berisi tentang cerita kedatangan bangsa Makassar di Yirrkala.
Di daerah ini bahkan ada pantai bernama Macassan yang artinya Makassar bagi orang Aborigin. Macassan adalah tempat berlabuh pelaut Makassar di Yirrkala. Orang Makassar di tempat ini menetap selama kurang lebih enam bulan dan mengajari banyak hal kepada bangsa Aborigin.
Salah satu yang paling mereka ingat adalah budidaya teripang. Mereka diajari bagaimana menangkap teripang, membudidaya hingga mengolahnya sampai bernilai uang. Orang Makassar bahkan mengajari bagaimana caranya berdagang dengan orang China yang sangat membutuhkan teripang guna kebutuhan obat-obatan.
Andre Omer saat menceritakan pertemuannya dengan Dhuwarrwarr Marika mengaku kagum sampai merinding sekujur tubuh. Ia disambut oleh perempuan berusia 70 tahunan itu dengan kata-kata “Welcome home, my son!” (selamat datang anakku).
Ia juga mau menyampaikan pesan turun temurun dari keluarganya kepada orang Makassar. Meski sudah diyakinkan bahwa ia bukan orang Makassar, Dhuwarrwarr tetap kekeh menyampaikan pesan itu. Ia yakin pesan ini akan disampaikan Andre kepada orang Makassar.
Pesannya seperti ini:
“Kita punya hubungan baik dengan mereka, orang Makassar. Mereka yang mengajari kita menangkap teripang, mengolahnya sampai menjualnya. Kita ucapkan terima kasih kepada mereka. Kami masih menunggu orang Makassar dan mohon untuk kembali“.
Pesan itu disampaikan ayah Dhuwarrwarr Marika 60 tahu silam sebelum meninggal. Ia menyimpannya begitu lama dan hanya ingin menyampaikan pesan itu langsung kepada orang Makassar. Tapi, hingga kini belum pernah ada satupun orang Makassar yang datang ke Yirrkala sehingga baru disampaikan kepada Andre Omer.
Saat Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson berkunjung ke Makassar akhir tahun lalu, ia juga mengungkit hubungan warganya, khususnya di Australia Utara dengan orang Makassar dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Ikatan itu sangat kuat dan bermula dari sesama leluhur hingga membuka pemukiman di Arnhem Land dan tetap tumbuh sampai sekarang.
Sebagai bentuk keterkaitan sejarah, Paul Grigson saat itu menyerahkan batik Yirrkala kepada masyarakat Makassar. Batik Yirrkala merupakan kolaborasi budaya antara perajin batik Pekalongan dan seniman Aborigin Australia, dan akan dipamerkan di Museum Kota Makassar.
Batik tersebut punya makna yang dalam soal keterkaitan budaya antara bangsa Aborigin dan orang Makassar.
Komunitas muslim di Darwin juga akan membangun sekolah Islam pertama di negara bagian itu dengan nama Macassan College. Kata Macassan sekali lagi merujuk pada kata Makassar. Meski kata Paul Scott Clark, Master of Arts dari Fakultas Hukum, Pendidikan, Bisnis dan Seni Universitas Charles Darwin (Charles Darwin University/CDU), kata Macassan tidak hanya terdiri dari orang-orang Makassar.
Macassan merupakan kelompok orang yang mencakup etnis Makassar, Bugis, Buton, sama Bajo, Mandar bahkan Madura. Hal ini memang terlihat dari sejumlah perahu tua yang dipamerkan di Museum and Art Gallery of the Northern Territory.
Kapal-kapal tua itu masih utuh dan dipamerkan dalam satu aula besar. Salah satu diantara kapal yang dipamerkan adalah Kapal Hati Marege.
sumber:MAKASSARTERKINI