Kebutuhan tenaga pelaut tak hanya dibutuhkan Indonesia saja. Tapi di dunia, kebutuhan pelaut pun terus menerus tumbuh. Hingga tahun 2020, dunia membutuhkan 28.000 orang pelaut, di luar kebutuhan Indonesia. Di ASEAN, Filipina kini jadi pemasok terbesar.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan Wahyu Satryo Utomo mengatakan, menurut data dari International Maritime Organization (IMO), bukan hanya Indonesia yang butuh nakhoda, mualim, atau petugas pelaut lainnya, tapi dunia pun tengah mencari-cari tenaga pelaut.
"Dunia berdasarkan data dari IMO itu sampai 2020 membutuhkan 28 ribu pelaut," katanya, kala berbincang dengan detikFinance pekan lalu.
Faktanya, menurut pria yang akrab disapa Tomi ini, Asia paling banyak mencetak pelaut. Karena negara Eropa atau Amerika jarang yang ingin menjadi pelaut karena pekerjaan ini dinilai tidak bergengsi.
"Ini diperebutkan oleh negara Asia, karena orang Amerika, Eropa nggak mau jadi pelaut, mereka bilang itu pekerjaan berisiko tidak bergengsi. Mereka lebih suka pakai jas, sehingga diperebutkan oleh peluat-pelaut di Asia," tambahnya.
Di Asia Tenggara, lanjut Tomi, Indonesia menjadi negara kedua yang mencetak banyak pelaut. Saingan terberat Indonesia adalah Filipina.
Tomi menyebut, Indonesia hingga kini sudah mencetak 500.000 orang pelaut, sedangkan Filipina sudah menghasilkan 2 juta pelaut hingga saat ini. Padahal menurutnya, luas lautan Filipina jauh lebih kecil dibanding Indonesia.
"Kita memperkerjakan di kapal asing 78 ribu pelaut, Filipina sudah 400 ribuan. Keunggulan dia bahasa. Dan dia menganggap sekolah laut itu seperti sekolah rumahan," tutupnya.
sumber:finance.detik